Dikutip dari laman:
www.medanbisnisdaily.com/news
/read/2014/01/26/75355/kisah-perjuangan-setiawan-djody-melawan-sirosis-hati/
Kisah Perjuangan Setiawan Djody Melawan Sirosis Hati
Saya adalah seorang pemusik sebelum terjun ke dunia bisnis. Ketika saya berada di panggung bersama dengan gitar, saya merasa muda. Bersamaan dengan setiap hits kami merayakan kehidupan dan semakin terlarut dalam hadiah Tuhan – music. Saya menikmati matahari terbenam ditemani dengan segelas alkohol. Akan tetapi semua kesempatan dari karir rock saya dan kemudaan tidak mempersiapkan diri saya untuk hari di mana saya didiagnosis dengan gagal hati. Dan ini suatu yang sangat menakutkan.
Saya sangat menikmati kehidupan dan musik saya dan saya bahkan di masukkan ke dalam jajaran gitaris terbaik di Asia oleh majalah Rolling Stones. Saya mempunyai kehidupan yang aktif sewaktu muda, menyukai panjat tebing, berselancar bersama dengan teman-teman dan juga menyukai alkohol. Saya menikmati matahari terbenam ditemani dengan segelas alkohol. Akan tetapi semua kesempatan dari karir rock saya dan kemudaan tidak mempersiapkan saya untuk hari di mana saya didiagnosis gagal hati.
Pada saat check up rutin pada tahun 2007, saya menemukan bahwa saya mengidap penyakit gagal hati. Dr. Tan Kai Chah dari Asian Centre for Liver Disease and Transplantation (ACLDT) mendukung saya untuk segera mencari pengobatan, akan tetapi saya menolak. Saya sangat kenal dengan gejala dan tekanan yang dapat disebabkan oleh gagal hati, baik secara fisik maupun mental dan keseluruhan. Ibu saya, seorang perawat palang merah di Indonesia sewaktu jaman penjajahan Jepang, merupakan pasien dari Dr. Tan Kai Chah. Saya berada di samping beliau saat berjuang melawan penyakit gagal hati, menjalani perjalanan pengobatan. Beliau menolak untuk melakukan transplantasi hati dan meninggal pada tahun 2002.
Saya menderita sirosis hati, sebuah konsekuensi dari penyakit hati kronis yang herediter (turun menurun) dan mungkin dirangsang oleh kebiasaan minum alkohol. Saya tidak percaya kalau saya sakit. Seorang Rocker Djody?? Tidak!! Saya tidak dapat menerima kenyataan akan kondisi saya dan menolak transplantasi hati.
Dua tahun kemudian, pada tahun 2009, saya menjalani operasi di Jakarta untuk masalah organ dalam yang tidak berhubungan dengan hati. Saya menderita infeksi parah dan diterbangkan dengan pesawat jet pribadi langsung ke ACLDT di Singapura, kepada satu-satunya dokter yang saya percayakan nyawa saya.
Awalnya saya diobati untuk infeksi agar kondisi saya dapat distabilkan untuk hampir dua bulan. Sewaktu kondisi saya masih belum stabil, keluarga saya diam-diam mempersiapkan pengaturan pemakaman di rumah. Saya tidak dapat menyalahkan mereka, situasi pasti sulit sekali untuk mereka. Akhirnya karena berkat dari Tuhan, kondisi saya stabil dan Dr.Tan Kai Chah menyatakan saya telah siap untuk operasi.
Mencari hati
Mencari dokter yang tepat bukanlah masalah karena Singapura menawarkan pelayanan kesehatan yang sangat baik untuk keluarga saya dan pelayanan tersebut sangat mudah untuk di akses/dicapai dari kota tempat tinggal saya di Indonesia. Saya telah menjalani pengobatan medis yang lain, yang tidak berhubungan dengan hati, di kota lain seperti New York dan Jepang. Akan tetapi Singapura lah yang saya anggap rumah sendiri karena kota yang memberikan perasaan multi-ras dan multi-kultural, baik dengan Indonesia, India, Cina dan lainnya.
Tantangan saya adalah untuk mencari hati yang cocok untuk transplantasi hati saya. Semua kedelapan anak saya melakukan pemeriksaan dan tes untuk mengidentifikasi siapa yang cocok. Shri Jehan Djody, anak perempuan saya yang merupakan anak keempat saya, merupakan satu-satunya donor yang cocok. Dengan sepenuh hati dan keberanian dia, dia sukarela dan menerima tantangan tersebut. Hal tersebut sangat menyakitkan hati saya, melihat anak perempuan saya harus menderita karena penyakit saya, tapi dia tetap semangat dan mendukung pengobatan saya. Pada umur 27 tahun dan baru saja menikah, dia memutuskan untuk menunda rencana untuk mempunyai anak untuk menyelamatkan ayahnya – saya.
Malam sebelum operasi, terdapat komplikasi lebih lanjut pada paru-paru saya sehingga harus mengundurkan jadwal operasi seminggu lagi. Saya khawatir dan takut tidak dapat selamat dari operasi tersebut dan harus meninggalkan keluarga yang saya sayangi, akan tetapi saya lebih mengkhawatirkan putri saya yang telah mengambil resiko yang begitu besar untuk saya padahal dia masih sangat muda dan baru saja memulai kehidupan menikah.
Ini merupakan enam bulan terlama yang pernah saya lewati dan saya menjalaninya dengan sepenuh hati dan penuh dengan terima kasih, dengan keyakinan pada Tuhan dan Dr.Tan Kai Chah, operasi berjalan dengan sukses. Saya sangat bersyukur dan berterimakasih pada semua dukungan yang saya terima, kasih sayang dan pengorbanan yang diberikan pada saat terburuk saya. Jika bukan karena ini, saya tidak akan merasakan keberanian putri saya – Terimakasih Jehan!!
Sekarang, dengan rambut yang sudah tumbuh kembali, saya merasa saya telah diberikan satu kesempatan untuk hidup lagi. Saya merasa tertantang untuk melanjutkan komposisi music saya, dan memfokuskan diri pada “kasih sayang, kehidupan dan Tuhan”.
Hal ini mengingatkan bahwa merasa hidup dan sehat merupakan hal yang sangat ajaib yang tidak dapat ditukarkan dengan hal apapun. Melindungi kehidupan yang baru ini, saya mengkonsumsi hampir semua makanan organik dan tidak mengkonsumsi alcohol lagi, berusaha untuk hidup lebih sehat setiap hari dan mendukung orang-orang yang saya sayangi untuk berbuat hal yang sama. (tarwiyah ar )